.JENIS
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat
di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus)
atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta
(2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau
lebih dikenal dengan Bos Taurus.
Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara
adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey
(dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari
Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia).
Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling
cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.
MANFAAT
Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein,
susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah
satu sumber organik lahan pertanian.
PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang
letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh
kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10
meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat
dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di
tengah sawah atau ladang.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
* Penyiapan Sarana
dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal,
tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal,
penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang
yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling
berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut
biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman)
biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya
sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial,
ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah
sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna
mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau
semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan
jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai
harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin,
lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi
jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa
adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas +
2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 oC
(rata-rata 33 oC) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
6.2. Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah
betina dewasa adalah:
- produksi
susu tinggi,
- umur
3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
- berasal
dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
- bentuk
tubuhnya seperti baji,
- matanya
bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki
belakang cukup lebar serta kaki kuat,
- ambing
cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit
halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak
lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu
pendek,
- tubuh
sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
- tiap
tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain:
- berasal
dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
- kepala
dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan
pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
- jarak
antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
- pertumbuhan
ambing dan puting baik,
- jumlah
puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
- sehat
dan tidak cacat.
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
- umur
sekitar 4-5 tahun,
- memiliki
kesuburan tinggi,
- daya
menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
- berasal
dari induk dan pejantan yang baik,
- besar
badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang
baik,
- kepala
lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
- muka
sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
- paha
rata dan cukup terpisah,
- dada
lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
- badan
panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
- sehat,
bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
Prosedur:
- Pemilihan
Bibit dan Calon Induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya. - Perawatan
Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya. - Sistim
Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.
6.3. Pemeliharaan
- Sanitasi
dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan. - Perawatan
Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak. - Pemberian
Pakan
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: - sistem
penggembalaan (pasture fattening)
- kereman
(dry lot fattening)
- kombinasi
cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya. - Pemeliharaan
Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
- Penyakit
antraks
- Penyebab:
Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman
atau pernafasan.
- Gejala:
- demam
tinggi, badan lemah dan gemetar;
- gangguan
pernafasan;
- pembengkakan
pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
- kadang-kadang
darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut,
anus dan vagina;
- kotoran
ternak cair dan sering bercampur darah;
- limpa
bengkak dan berwarna kehitaman.
- Pengendalian:
vaksinasi, pengobatan antibiotika,
mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
- Penyakit
mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
- Penyebab:
virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu,
air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
- Gejala:
- rongga
mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat
tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
- demam
atau panas, suhu badan menurun drastis;
- nafsu
makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
- air
liur keluar berlebihan.
- Pengendalian:
vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
- Penyakit
ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
- Penyebab:
bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman
yang tercemar bakteri.
- Gejala:
- kulit
kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
- leher,
anus, dan vulva membengkak;
- paru-paru
meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
- demam
dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan
sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
- Pengendalian:
vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
- Penyakit
radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
- Penyakit
ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
- Gejala:
- mula-mula
sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
- kulit
kuku mengelupas;
- tumbuh
benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
- sapi
pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
7.2. Pencegahan Serangan
Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong
kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang
diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan
kering.
8. PANEN
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang
dihasilkan oleh induk betina.
8.2. Hasil Tambahan
Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu
daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk
kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak.
9. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
9.1. Analisis Usaha Budidaya
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat
subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi
ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh
kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek
reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem
recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan
petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang
diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Produksi susu sapi di dunia kini
sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya
yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika
Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai
mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat
penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar
3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk di dunia ini. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi
maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan
ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap)
diusahakan sekitar 3,5-4% dari bahan kering
9.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Usaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan
jika jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat
efisiensinya dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan
rata-rata produksi susu sebanyak 15 lt/hari. Upaya untuk meningkatkan
pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga
dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan upaya
kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya dan
instansi-instansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR
diatas.